Thursday, June 28, 2007

Musim Panas Tahun Ini

Sudah dua hari ini, suhu udara di Kairo tak bersahabat. Ketika aku melihat prakiraan cuaca di Al-Jazeera ternyata mulai dari hari Rabu kemarin suhu udara sekitar 43 derajat celcius. Wah benar-benar bisa bikin orang collapse kalau seharian di luar rumah.

Tapi, meskipun udara begitu panas di luar, aku lihat orang-orang Mesir tetap beraktifitas seperti biasa. Kebetulan tepat di bawah apartemenku ada bengkel mobil dan took onderdil mobil juga jasa percetakan untuk plang iklan, spanduk dan etalase toko, mereka sama sekali tidak terlihat letih lesu dengan suhu udara yang begitu menyengat.

Mereka bias terus bekerja seperti biasa, tapi ada satu yang sering terdengar di telingaku, frekwensi teriakan mereka sepertinya semakin bertambah. Mungkin ini dia salah satu dampak dari kenaikan suhu global di bumi saat ini. Orang-orang Mesir jadi tambah sering teriak-teriak, ala maak ini dia yang buat aku tak tahan.

Angin pun cukup kencang, dengan membawa debu dalam tiupannya yang panas menyengat, oh…saat udara panas seperti ini yang kuinginkan bias pergi tamasya ke Puncak, tapi hahaha…it's just my dream.

Negara Mesir memang sebagaian besar buminya adalah gurun pasir jadi ya bukan hal yang baru lagi soal panasnya. Malah inilah saah satu ciri tanah Arab, kalau bukan karena sungai nil, mungkin dari dulu banyak orang yang hijrah ke tanah lain, memang benarlah "nil hadiah untuk Mesir".

Suhu di Kairo tak sepanas suhu di daerah Aswan yang mungkin suhunya bias mencapai 46 derajat di musim panas, atau daerah lain yang masih dikelilingi gurun pasir. Di ibukota negara yang dijuluki ibunya peradaban ini, memang sudah banyak dilakukan penghijauan. Ini yang membuat Mesir berbeda dengan Indonesia, kalau di Indonesia yang hijau jadi gundul dan gersang bak di sulap seperti padang pasir, sedangkan di lembah sungai nil ini, gurun pasir disulap jadi hutan rindang yang teduh. Dimana-mana diadakan reboisasi.

Kalau masalah ini saya patut acungkan jempol untuk Mesir, dan selayaknya Indonesia mengikuti langkah-langkah positif seperti ini, bukan malah menebangi jalur hijau hanya untuk pembangunan jalan "busway". Sungguh tidak bijak keputusan itu, ya akibatnya ketika hujan deras datang, banjirlah yang merajalela akibat tak lagi yang bias menyerap air-air hujan itu di tanah ibukota negara yang dahulu dijuluki zamrud khatulistiwa itu.

Anyway, seberapa panasnya di bumi para nabi ini, aku hrus tetap bertahan sampai saatnya nanti kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Dan mudah-mudahan ketika aku pulang nanti bumiku tidak menjadi gurun pasir yang panasnya seperti yang kualami sekarang ini.