Saturday, January 27, 2007

Noha Temanku


Nuha Muhammad Kamal Shodiq, gadis Mesir yang akrab kupanggil "Nuha" ini benar-benar sangat berjasa dalam hidupku. Dia tidak hanya selalu membantuku dalam setiap masalah di kampus, tapi juga membantuku dalam mencarikan apartement dengan harga yang miring dan nyaman dihuni. Ya..apartement yang sekarang kutempati ini adalah milik keluarganya. Di saat aku dan suamiku bingung mencari tempat tinggal, Nuha datang sebagai penyelamat.

Nuha gadis Mesir yang lugu, dia benar-benar anak mama. Kalau ukuran orang Indonesia dia termasuk anak rumahan yang jarang keluar rumah sendirian kecuali ke kampus. Kemanapun dia pergi pasti harus ditemani ataupun diantar, meskipun dia asli beradarah Mesir tapi kalau masalah tempat-tempat di Mesir sepertinya aku lebih paham disbanding dia. Dia hanya tahu kendaraan umum antara rumahnya dan kampus dn beberapa tempat di daerahnya saja, bahkan kendaraan yang menuju kawasan distrik sepuluh tempatku tinggal saja dia tidak tahu.

Maklumlah, anak mama papa, kemana-mana diantar papa, jadi nggak tahu apa-apa kalau keluar sendirian.

Pernah suatu hari saat aku pulang dari kampus, mama Nuha telepon ke rumah menanyakan kabar Nuha, pasalnya gadis manis ini belum pulang pada jam tiga sore, karena biasanya jam segitu Nuha harus berada di rumah untuk makan siang. Dia tidak membawa Hp saat itu hingga otomatis mamanya kalang kabut mencari dia. Heba, kakaknya yang sama-sama kuliyah di Azhar juga tidak tahu tentang kabar adiknya yang satu ini, Heba dan Nuha jarang berangkat dan pulang kuliyah bersama-sama, sehingga mereka setiap harinya tidak tahu keadaan masing-masing selama di perkuliahan.

Pertama kali aku berjumpa dengan Nuha, kerajinannya di kuliyah yang membuatku tertarik. Catatannya boleh dibilang lengkap dan "most wanted" deh. Banyak teman-temanku berburu catatan padanya, baik orang Mesir maupun mahasiswi asing. Nuha gadis baik, dia suka menolong sesamanya, sampai suatu saat kebaikannya itu dimanfaatkan oleh salah seorang mahasiswi di kelasku, Nuha tidak begitu mengenalnya tapi dia merelakan catatan kuliyahnya yang penting itu untuk dibawa pulang. Dia membawa catatan kuliyah Nuha dan tidak dikembalikan. Nuha yang perasaannya sangatsensitif itu sering menangis kalau terjadi sesuatu yang sedikit saja tidak mengenakkan hati.

Ya…Nuha..Nuha, bagaimanapun juga dia adalah teman baikku, aju sdih kalau dia menangis. Tapi aku tidak bias melakukan apa-apa kecuali menghiburnya.

Hp-ku tidak pernah sepi dari Miss Call-nya. Kalau dia kangen pasti telepon ke rumah dan mengajakku ke rumahnya. Aku jarang mengajaknya ke rumahku karena aku takut dia kesasar.

Suatu hari aku pernah bertanya kepadanya, akapah dia bersedia menikah dengan orang Indonesia dan tinggal di tanah airku. Aku kaget dengan jawabannya yang dengan enteng tanpa beban menjawab "iya, aku ingin tinggal di Indonesia, aku ingin jadi tetanggamu di Indonesia Anita" aku jadi terjaru mendengarnya, tapi mungkin itu hanya mujamalah alias basa-nasi-nya orang Mesir. Aku yakin mama dan baba-nya tidak tega melepasnya tinggal di negeri seberang yang jauh dari tanah kelahirannya.
Ya…itulah temanku Nuha. Bagaimanapun aku beruntung bisa mengenal seluruh keluarganya yang sangat baik. Dan yang lebih penting lagi buatku, dengan bersahabat dan dekat dengannya aku bisa meningkatkan kemampuan komunikasiku dalam bahasa Arab dan mengenal lebih jauh tentang kebudayaan mereka yang memang aku cari.