Sunday, November 16, 2008

Barrack Husein Obama dan Demokrasi

Akhirnya Amerika punya juga presiden kulit hitam. Setelah menang di general election tanggal 4 November 2008 kemarin, tampaknya Amerika jadi tambah semangat melakukan perubahan, bener nggak sih, bakal berubah....?

Ngomong-ngomong tentang Obama, jadi pengen ikut nimbrung tentang masa mudanya yang berpetualang dari benua Afrika sampai benua Asia, nggak tanggung-tanggung Asia-nya di Indonesia lagi, sekolah di Menteng lagi, habis gitu pernah tinggal di Ciputat lagi, trus Maya sang adik satu-satunya keturunan Indonesia juga, wah-wah....Indonesia banget.

Kata Maya Sutoro, Obama sekarang cuma bisa bahasa Indonesia sedikit banget. Katanya nggak pede kalau kebanyakan ngomong bahasa Indonesia, karena bisanya cuma..."Eh Maya ...pijit dikit..pijit dikit" hehehe......apa iya..yah.....?

Nggak cuma Amerika yang senang Obama terpilih jadi presiden, Kenya tanah kelahiran sang Bapak, juga turut bergembira saat dunia memberitakan terpilihnya Obama (sampai segitunya ya...). Apa orang Indonesia juga senang ya..?

Yang pasti bu Lia, sang pengasuh saat Obama tinggal di Indonesia dan menyaksikan saat Obama kecil jatuh ke git dan punya bekas luka di lututnya, pastilah merasa terharu karena anak yang diasuhnya itu kini jadi Presiden Amerika yang sekarang masih jadi Negara Adidaya itu (sampai kapan ya...?)

First Lady, Michelle Obama, juga menjadi ibu negara Amerika pertama dari kulit hitam. Perempuan lulusan Harvard Law School ini memang jago mendongkrak suara Obama saat kampanye, mungkin karena dia seorang attorney sehingga tampil biasa berorasi di hadapan ratusan massa. Lagi-lagi pasangan ini menorehkan sejarah Amerika.

Bukan cuma Indonesia dan Kenya saja loh, sampai-sampai orang Jepang yang tinggal di daerah Obama juga senang. Soalnya nama daerahnya persis banget sama nama presiden Amerika terpilih ini. Kalau nggak percaya cari aja lagunya di youtube.....kalau nggak salah liriknya "la.....la...la..la Obama..." pokonya sejenis itu deh.

Ya..ya..meskipun ane nulis blog ini jauh setelah tanggal 4 Nov 08...paling nggak ya sedikit nulis sejarah lah, siapa tahu nanti dibaca anak cucu ane, ya nggak, meskipun nulisnya nyante banget...habisnya kalau pake bahasa nyang serius-serius pusing pala ane....kaga pape ye,, pembaca.

Kembali ke laptop...(Tukul...kalee)
By The Way...pas kebetulan mencet chanell CNN beberapa hari yang lalu, kayanya Obama udah menyusun kabinetnya, and denger-denger nih, dia minta Hillary Clinton jadi secretary of state nggantiin Condoleza Rice, wah cewek lagi nih....Bu Clinton mau nggak yah....?

Amerika makin gencar aja menyerukan jender, tapi anehnya nih....negara yang katanya paling semangat nyeruin gender and demokrasi itu, nggak pernah sekalipun punya presiden perempuan. Nah loh...kalah ama kita yak....

Padahal kalau mau sih, tahun ini bisa, tapi ya itu, ternyata capres perempuannya Amrik masih KO sama laki-laki. So, bener ga sih perempuan bisa mimpin negara dengan baik dan benar....? Kok Amerika yang segitunya aja nggak pada mau milih perempuan jadi presiden. Buktinya malah Obama yang kepilih di konvensi partai Demokrat.

Walah, mumet kalau mikir yang tinggi-tinggi, yang jelas bulan Januari 2009 nanti Obama sekeluarga bakal melenggang ke Gedung Putih untuk memimpin Amerika empat tahun ke depan. Akhirnya race to the white house dimenangkan oleh sang kuda hitam.

Ngomong-ngomong soal empat tahun, kok bentar amat yak
Padahal race-nya aja dimulai sekitar dua tahun sebelum pemilihan umum, capek banget deh...masa cuma dua tahun doang konsen mikir negara habis itu pikirannya nyabang lagi ke pemilihan umum berikutnya. Lah kapan kerja seriusnya kalau begitu?

Ya....ya begitulah resiko negara demokrasi, harus rela korban duit, tenaga, waktu...and so on. Tapi kalau dipikir-pikir nih...kalau Amerika yang katanya kaya itu sih...nggak papa lah ya buang-buang duit untuk pemilihan umum, tapi kalau Indonesia gimana dong.....hutang belum lunas buat pemilu 2004 sudah dihadang lagi sama pemilu 2009 yang bakalan ngabisin duit buuuaannnyak juga....waduh lieur euy.....mumet aku dadine.....

Itu masih pemilu mas, jangan dicuekkin dong pilgub dan pilkada kita....
Indonesia itu ada 31 Provinsi bo
tiap provinsi punya kabupaten
tiap kabupaten punya desa
dan semuanya itu pada ngelakuin pemilihan juga secara langsung.....(mbok...mbok...duwe' teko endi iku yo..)

Ya sudah lah, namanya juga demokrasi, harus siap aja duit banyak....ya nggak, Indonesia kaya kok, ada hutan (meskipun sering kebakar), ada ikan di lautan luas (meskupin sering dicurri negara lain), ada minyak bumi (meskipun nggak bisa mengolah sendiri), ada barang tambang (meski..meski....yah..meskipun...bla...bla...bla,,,,tahu sendiri lah..)

Tapi bagaimana pun silakan lah Indonesia jadi negara demokrasi toh nanti uang buat kampanye dan pilgub dan pilkada juga baliknya ke rakyat juga...

Lumayan kan, tukang sablon jadi laku pas kampanye
tukang spanduk juga
tukang minuman di jalan juga....
anak-anak muda yang ikutan kampanye juga (biasanya kan dikasih duit tuh ama tim sukses)
tukang becak juga
tukang sewa panggung juga
tukang sewa soundsistem juga
dan...dan....juga....

Tapi apa ada ya...orang yang kaya mendadak gara-gara pilkada, pilgub, dan pemilu...hayooooo lohh...

Indonesia...Indonesia....i love you

Wednesday, October 15, 2008

Krisis Ekonomi Amerika

Krisis Subprime di Amerika Serikat ~Kalau Langit Masih Kurang Tinggi~

October 14, 2008

Oleh: Dahlan Iskan

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta saya ”menceritakan” secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:

Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan direkturnya.

Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.

Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek perusahaan mereka.

Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung.

Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen) yang kian banyak.

Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal, hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.

Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang bisa untung, tapi kadang bisa rugi?

Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target. Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya. Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO. Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih besar dari gaji Presiden George Bush. Mana bisa dengan gaji sebesar itu masih stres?

Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan, harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya hostile take over.

Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa mendapat jalan.

Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar. Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana.

Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin maju lagi.

Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!

Sudah lebih dari 60 tahun cara ”membesarkan’ ‘ perusahaan seperti itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi penguasa dunia.

Tapi, itu belum cukup.

Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap tidak cukup lagi: harus computerized!

Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga belum cukup.

Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah, harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah. Demikian juga mobilnya.

Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan beli rumah?

Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya, semua perusahaan harus semakin besar?

Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada 1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut ”Deregulasi Kontrol Moneter”. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.

Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan, asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang dimanfaatkan perbankan secara nyata.

Begini ceritanya:

Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja seperti KPR, meski tidak sama).

Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan bunga 6 persen setahun.

Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage. Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan properti di Dubai naik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.

Dengan keluarnya ”jalan baru” pada 1980 itu, terbuka peluang untuk menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup. Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif. Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.

Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan. Maka, ada lagi ”jalan baru” yang dibuat pemerintah enam tahun kemudian. Yakni, tahun 1986.

Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam fasilitas itu.

Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti di Swedia atau Denmark , gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen. Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan gratis. Hari tua juga terjamin.

Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun berikutnya. Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD 700 miliar setahun.

Kata ”mortgage” berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis. Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah. Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah. Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.

Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet, rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda harus langsung pergi dari rumah tersebut.

Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti Lehman Brothers?

Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh ”para pelaku bisnis keuangan” sebagai peluang untuk membesarkan perusahaan dan meningkatkan laba.

Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.

Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya terus naik. Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar, bank masih untung. Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.

Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam undang-undang perbankan yang keras.

Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.

Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ”bank jenis lain” yang disebut investment banking.

Apakah investment banking itu bank?

Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ”hanya mirip” bank. Ia lebih bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat banyak hal: menerima macam-macam ”deposito” dari para pemilik uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers, Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu.

Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang dengan istilah ”personal banking”.

Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di sana , saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit. Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih itu.

Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk memutar cash-flow.

Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage, yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta mortgage.

Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik atau turun.

Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600. Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus melakukan penghematan pengeluaran.

Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500 sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar, rumah itu bisa disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.

Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit. Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah. Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar.

Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.

Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu? Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5 triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?

Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.

Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak perusahaan dan orang Indonesia yang ”menabung” - kan uangnya di lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan itu.

Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok.

Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan dunia. Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana . Kita, setidaknya, masih bisa menanam jagung.(*)

Sunday, October 12, 2008

Suasana Lebaran di Mesir

Masih suasana Lebaran nih, jadi masih boleh dong nulis seputar pengalaman selama lebaran tahun ini. Apalagi kali ini adalah lebaranku ke-4 yang aku rayakan di bumi para nabi ini.

Tidak seperti di Indonesia lebaran di Mesir tampak biasa saja, memang sih ada budaya pulang kampung di Mesir, tapi suasananya nggak seheboh di tanah air. Kairo pada hari pertama idul fitri sangat sepi, mungkin sama halnya dengan Jakarta yang merupakan ibukota negara, para warga Kairo sepertinya juga pulang kampung, karena kalau diamati banyak apartemen yang menutup jendelanya rapat-rapat dan suasananya gelap saat malam hari. Bisa dipastikan kalau tidak ada tanda-tanda kehidupan di apartemen itu.

Lain dengan warga Kairo, lain pula halnya dengan warga negara Indonesia di Mesir. Lebaran tanggal 1 Syawal biasanya kami seluruh warga berkumpul di satu tempat untuk melaksanakan sholat idul fitri bersama. Uniknya pelaksanaan solat ini dilakukan setelah orang-orang Mesir melaksanakan sholat id. Jadi kalau biasanya orang Mesir sholat pukul enam pagi maka kami sholat pada pukul delapan pagi.

Waku kedatanganku pertama kali ke Kairo, sholat diadakan di sebuah lapangan luas, tepatnya di Distrik enam Nasr City Kairo, sebuah stadion olahraga yang biasa disebut "Nadi Syabab". Seiring berjalannya waktu dan pergantian Dubes di KBRI, pelaksanaan sholat id pun dipindahkan ke sebuah masjid yang cukup besar yang terletak di kawasan yang mayoritas didiami warga Indonesia atau bisa juga dibilang "Kampung Melayu-"nya Mesir.

Pelaksaan sholat tidak jauh berbeda dengan yang lain, diawali dengan takbiran bersama, lalu sholat id, ceramah idul fitri kemuadian salam-salaman sesama warga Indonesia di Mesir. Tapi setelah itu ada hidangan yang dihidangkan oleh KBRI untuk kami semua selepas acara salaman. Suasana pun bertambah hangat dengan canda tawa dan ramai ucapan orang mengatakan "Maaf lahir batin ya". Sepertinya suasana kerinduan akan tanah air terbakas ketika kami sedang menikmati suasana ini.

Usai makan dan berjumpa dengan seluruh kawan dan sahabat, setiap orang sibuk dengan planningnya masing-masing. Yang mengadakan open house sibuk mengundang orang untuk datang ke rumahnya yang ingin silaturrahmi dengan kawan di rumahnya membuat list, dari mana dulu mereka mengawali kunjungannya.

Kalau kami sekeluarga pagi itu, sengaja berkunjung ke rumah Duta Besar Indonesia di Mesir di wisma duta Garden City. Di sana kebetulan kami ingin bertemu dengan pak Dubes sekeluarga dan juga menemani DR. Mona Abaza yang juga diundang ke sana. Sampai di sana kami disiguhi hidangan Indonesia khas Lebaran, dari lontong, opor, kerupuk udang, emping, soto banjar juga ada. Tak lupa ada juga hidangan kue-kue khas lebaran seperti nastar dan lainnya.

Usai dari sana kami pun pulang ke rumah. Kebetulan di rumah aku masak soto babat yang akan dihidangkan kepada kawan-kawan sesama alumni pesantren Sunan Ampel Jombang di Kairo. Selepas sholat ashar mereka berkumpul di rumahku, ngobrol santai dan lain-lain. Aku juga sempat membuat kue lebaran seperti nastar, biskuit coklat dan lainnya. Ada pengalaman lucu saat membuat kue, tadinya ada kue yang mau aku buat telor gabus, kan harusnya bentuknya lonjong-lonjong kan, tapi karena belum pernah bikin bentuknya malah jadi telor puyuh, bulat-bulat, alias nggak jadi gitu loh....

Tapi alhamdulillah suamiku itu orangnya selalu apresiate setiap hasil karyaku, jadi meski hasilnya dibawah lima tetap saja dibilang enak dan dimakan, (sekarang tinggal dikit tuh di toples) hehehe....

Hari berikutnya kami pergi ke rumah para sesepuh NU di Mesir. Hari ketiga ada anak-anak MAPK Jember dan sebagian anggota Syuriah NU Mesir yang datang ke rumah, kebetulan aku masak lontong sayur (eh sayur nya aja ding, soalnya lontongnya ga sempat bikin, heheheh...). Lumayan lah...

Selesai di rumah, kami semua sengaja bersama pergi ke rumah Ketua Tanfiziyah NU Mesir. Pulangnya dari sana kami nolongin anak Indonesia yang terpisah dari keluarganya. Kasihan malam-malam masih kecil terpisah karena ngambil peluru tembak-tembakannya di jalan. Padahal malam itu di daerah tempat tinggalku gelap sekali, tapi untung aku kenal dengan mama dan kakak perempuannya, so dia bisa kembali ke orang tuanya.

Pokoknya lebaran kali ini banyak sekali deh ceritanya kayanya nggak cukup kalo ditulis semua. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429 H, Mohon maaf lahir dan batin.

Tuesday, August 26, 2008

Kenangan Bersama Bapak

Kemarin, tanggal 25 Agustus 2008 adalah haul Bapak yang ke lima tahun. Tak terasa sudah lima tahun Bapak berpulang dan banyak hal yang terjadi selama itu, termasuk kelahiran putra pertamaku atau cucu pertama beliau. Banyak kenangan yang tak pernah aku lupakan saat bersama Bapak, masa-masa yang indah yang tak tergantikan oleh siapa pun.

Kenangan masa kecil

Aku ingat waktu aku belum sekolah, Bapak sering mengajakku jalan-jalan naik motor keliling kompleks asrama 305 di Teluk Jambe. Sudah jadi kebiasaanku sebelum tidur harus jalan-jalan kena angin. Setelah beberapa menit terkena angin biasanya aku langsung tertidur di motor dan Bapak dengan susah payah menggendongku, karena biasanya mama di rumah tidak ikut bersama kami.

Ketika maghrib tiba, biasanya kami sholat berjamaah bersama. Saat itu rumah kami lataknya cukup jauh dengan masjid sehingga Bapak lebih sering berjamaah di rumah bersama kami. Biasanya aku naik di atas ranjang biar tingginya seperti mama dan bapak. Saat itu sajadahku adalah sarung guling, karena belum punya sajadah sendiri. Dari situlah aku mulai belajar sholat.

Waktu aku mulai masih Taman Kanak-Kanak di Trio Panca yang lokasinya ada di dalam asrama 305, sebelum berangkat sekolah, bapak biasanya menciumku, di pipi kiri dan kanan, di kening dan di janggut, aku masih ingat sekali, bapak sangat menyayangiku.

Waktu aku sekolah SD, kebetulan sekolahku agak jauh dari rumah. Bapak biasanya mengantarku dengan motor, sekaligus mengantar mama ke sekolah untuk ngajar. Kebetulan sekolah tempat mama mengajar satu jalur denganku, jadi bapak dengan setia setiap harinya mengatar aku dan mama sebelum bapak bertugas di kantornya.

Setiap hari libur, biasanya kami bertiga jalan-jalan keliling kota Karawang dan pulangnya aku dibelikan coklat.

Kenangan waktu SMP

Masa-masa ini Bapak masih dengan senang selalu mengantarku sekolah setiap pagi. Di hari libur kita jalan-jalan. Setiap Minggu bakda subuh, aku, mama, bapak, dan adikku berjogging ria di sekitar kawasan perumahan kami. Senang sekali. Siangnya kadang Bapak mengajak kami makan sate di luar Karawang sekalian jalan-jalan. Terkadang juga ke tempat-tempat wisata seperti puncak, taman safari, pantai anyer dan lainnya.

Suatu waktu, aku mendapat tugas membuat transparansi peta untuk pelajaran geografi yang harus kuselesaikan untu tugas besok pagi. Sayangnya aku tak punya spidol khusus untuk kertas transparan, padahal saat itu sudah hampir larut malam, pastinya bapak lelah dan ingin tidur. Selain itu pastinya toko-toko di Karawang pun sudah hampir tutup. Tapi dengan penuh kasih sayang, bapak mengantarku mencari spidol itu sampai ketemu. Kami ubek-ubek Karawang malam itu dan alhamdilillah akhrinya kudapatkan.

Semasa SMA, aku tidak banyak bertemu dengan bapak karena aku sekolah di Jombang. Pertemuan kami hanya setahun 2 kali sampai akhirnya bapak tutup usia saat usiaku 17 tahun.

Ala kulli hal aku bangga punya bapak seperti beliau, yang sangat menyayangi anak-anaknya dan memperhatikan pendidikan anaknya, bahkan pesan beliau terakhir adalah agar aku jangan putus sekolah karena rizki itu semua Allah yang mengatur.

Allaahummaghfirlii wa liwaalidayya warhamhuma kama rabbayanii shoghiiro
Rabbanaghfirlana wa liwaalidiina wa lillmu'miniima yauma yaquumul hisaab

Saturday, August 23, 2008

Refleksi Kemerdekaan ke-63

Alhamdulillah negara kita kini sudah berusia 63 tahun. Jika diibaratkan sebagai manusia, usia tersebut sudah selayaknya menikmati hasil kerja keras yang telah dicapai. Atau kalau meminjam istilah para pegawai, sudah waktunya untuk pensiun. Namun sepertinya tidak elok jika Indonesia yang sebuah negara disamakan dengan manusia. Karena semua berharap Ibu pertiwi kita selalu hidup dan menyaksikan kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh putra-putra bangsanya. Kita tidak ingin Indonesia tutup usia ataupun berhenti berproduksi.

Tahun ini, di hari kemerdekaan Republik Indonesia putra bangsa menghadiahi kado emas dari Olimpiade beijing 2008. Sungguh mengharukan, lagu kebangsaan Indonesia akhirnya berkumandang di event olahraga paling bergengsi di dunia itu. Tidak hanya itu, bapak Presiden kita SBY juga dikaruniai seorang cucu cantik dari anak pertamannya Agus Harimurti yang menikah dengan Anisa Pohan. Sungguh mengharukan, semoga cucu presiden kita menjadi tunas bangsa yang sholehah dan berguna.

Tidak ketinggalan dengan di tanah air, di Kairo pun diadakan berbagai acara dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-63 itu. Salah satu lomba yang aku ikuti adalah lomba karya tulis populer yang alhamdulillah masuk nominasi 5 besar.

Tadi malam, tanggal 22 Agustus 2008 adalah acara malam tasyakuran kemerdekaan Indonesia. Acara ini dihadiri oleh seluruh warga negara Indonesia di Mesir. Acaranya bertempat di City Gymn, sebuah stadion olahraga di kawasan Nasr City. Para hadirin tampak memenuhi semua ruangan tersebut. Kebetulan aku datang saat tempat masih lengang.

Dalam acara tersebut, Bapak Duta Besar Indonesia di Kairo memberikan hadiah kepada para pemenang lomba. Wah ternyata banyak sekali juaranya, pemenangnya berderet dari ujung kanan sampai ujung kiri pas dengan lebar stadion tersebut.

Tapi sayang ada satu hal yang membuat itu tidak menarik menurutku, yaitu sound sistem yang tidak jelas bagi para hadirin di tribun sebelah kanan panggung tempat aku duduk. Menarik sudah pasti, tapi karena tidak didukung oleh suara yang jelas, acara itu jadi kurang sempurna.

Kini jumlah mahasiswa di Kairo sekitar 6000 orang, jumlah yang sangat besar. Harapanku, semoga semua mahasiswa itu bisa membanggakan ibu pertiwi dan membuat tanah air kita semakin dipandang di dunia internasional. Sudah setengah abad lebih Indonesia merdeka, tentunya ibu pertiwi layak kita hadiahi dengan kado-kado istimewa berupa kesuksesan-kesuksesan putra bangsanya.

Dirgahayu Indonesia, semoga tahun depan aku bisa kembali meminum airmu dan mencium tanahmu.

Thursday, August 21, 2008

Industri Minyak di Dunia Islam

Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al-Razi (864- 925) telah berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.Dunia Islam dikenal memiliki cadangan minyak yang melimpah ruah. Dari dulu hingga kini negara-negara Muslim di kawasan Teluk dan Semenanjung Arab menjadi produsen minyak terbesar di dunia. Tak heran, jika anggota Organisasi Negara-negara Eksportir Minyak (OPEC) didominasi negaranegara Muslim, seperti Arab Saudi, Iran, Irak, Kuwait, Qatar, serta Uni Emirat Arab.Industri minyak di dunia Islam telah dimulai sejak abad ke-7 M.

Dr A Zahoor dalam tulisannya berjudul Muslims and the Oil Industries mengungkapkan, era minyak di dunia Muslim diawali dengan kisah penghianatan. Guna mematahkan perlawanan kaum Muslim yang hendak menguasai Konstantinopel, Kaisar Constantine IV memerintahkan panglima tinggi militernya untuk bekerja sama dengan seorang penghianat dari Damaskus dalam sebuah operasi rahasia.Pasukan Constantine akhirnya mampu mengalahkan perlawanan tentara Muslim dengan senjata berteknologi minyak yang diciptakan para ilmuwan dari Dinasti Umayyah pada tahun 680 M. Peristiwa itu menandakan bahwa umat Islam di era kekhalifahan sudah menguasai teknologi pe ngo lahan minyak. Sebuah pencapaian teknologi yang sangat tinggi pada zamannya.Sejatinya, menurut Zahoor, manusia kuno yang tinggal di dunia Islam seperti Kuwait, Irak, Iran dan Azerbaijan, Turkmenistan dan Uzbekistan sudah mengenal minyak dan gas. “Orang Mesopotamia yang pertama kami membangun beberapa peradaban telah mengenal minyak mentah yang berasal dari sumur alam,” ungkap Zahoor.

Sebuah manuskrip Akkadian bertarikh 2200 SM menyebut minyak mentah dengan istilah naptu –– berasal dari bahasa Arab yakni naft.Saat pasukan tentara Muslim tiba di Irak dan Persia sekitar tahun 640 M, di kedua wilayah itu ditemukan ratusan lubang sumur minyak yang terbuka. Menurut catatan sejarah, mulai abad ke-10 M, Provinsi Faris di Persia telah menyumbangkan hampir 90 metrik ton minyak setiap tahunnya untuk bahan bakar lampu di istana khalifah. Sejarawan Muslim, Ibnu Adam menceritakan permintaan dan kebutuhan minyak di era kekhalifahan begitu tinggi.Akibat tingginya kebutuhan akan minyak membuat gubernur Arab di Irak Utara menghentikan penarikan pajak minyak dan merkuri. Kebijakan itu dilakukan sebagai sebuah insentif agar produksi minyak dari wilayah itu bisa semakin tinggi. Sejarah mencatat, sejumlah sumur minyak yang luas telah mulai dioperasikan di Irak dan wilayah se kitarnya pada abad ke-8 M. Sumur minyak yang paling strategis dan penting berada di Dir al-Qayyara ñ dekat kota Mosul. Sumur minyak itu mendapat penjagaan yang ketat pada siang dan malam dari tentara kekhalifahan.Pada era itu, umat Islam tak hanya mengeksplorasi minyak. Peradaban Islam pada masa itu juga mulai menggunakan aspal untuk menghaluskan jalan-jalan di kota-kota utama.

Di awal abad ke-13, ahli geografi bernama Yaqut secara gamblang menjelaskan bagaimana umat Islam menciptakan aspal dan menggunakannya untuk menghaluskan jalan. Perabadan Islam menggunakan aspal jauh lebih dulu dibanding kan peradaban Barat. Eropa pertama kali mengenal dan menggunakan aspal pada abad ke-19 M. Yakni, saat jalan di kota Paris berlapiskan aspal pada tahun 1838.Sejarawan Muslim dari abad ke-10 M, Al-Mas’udi mencatat tentang ladang-ladang minyak yang tersebar luas di daratan negeri Muslim. Sang sejarawan menyaksikan sumur-sumur minyak ter serak di Sicilia, Oman, Hadramaut, Irak, Persia, Turkmenistan, Taskent, India dan di wilayah Pulau Sumetera. Ia begitu takjub dengan jumlah minyak yang diproduksi negaranegara Muslim, kala itu. Ia menyebut negeri-negeri itu sebagai bilad al-naffata alias ‘negeri minyak’.Kekhalifahan Islam mulai menerapkan pajak minyak pada saat Khalifah Abbasiyah, Al-Mansur (754-775) memberlakukan pungutan atas produksi minyak. Itulah pajak pertama yang diberlakukan atas produksi minyak dan hingga kini masih tetap berlaku di seantero dunia. Begitu melimpahnya produksi minyak yang dihasilkan, Kekhalifahan Abbasiyah yang berpusat di Baghdad mengangkat wali al-naft atau pengelola minyak di setiap daerah yang memproduksi minyak.Pada abad ke-9 M, ilmuwan Muslim bernama Muhammad Al- Razi (864-925) telah berhasil memproduksi minyak tanah untuk lampu dan pemanas.

Dalam kitab yang ditulisnya berjudul Kitab Al-Asrar— Rhazes begitu orang Barat menyebutnya ñ telah mengungkapkan dua metode penyulingan untuk membuat minyak tanah. Metode penyulingan pertama menggunakan tanah liat dan yang kedua menggunakan ammonium khlorida.Penyulingan itu dilakukan berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap. Minyak tanah untuk lampu telah digunakan perabadan Muslim di zaman keemasan lebih dari 1.000 tahun sebelum masyarakat Barat mengenalnya. Itu berarti negeri-negeri Barat masih dicengkram gelapgulita, ketika kota-kota Islam bertabur cahaya di waktu malam.

Pada abad ke-10, kota Cordoba –– Eropa Muslim –– telah terangbenderang di malam hari. Di era kepemimpinan Khalifah Abdurrahman II (912-976), Masjid Cordoba saja diterangi 4.700 lampu dan menghabiskan minyak sekitar 11 ton per tahunnya. Para sejarawan juga melukiskan, jalan-jalan di Cor doba yang mulus dan licin pada malam hari terang-benderang bertaburkan cahaya lampu.Proses penyulingan yang digunakan untuk memproduksi minyak tanah sudah mulai sempurna pada abad ke-9 M.

Minyak tanah di dunia dikenal dengan nama naft abyad atau minyak putih. Seorang sarjana terkemuka dari Persia di abad ke-15 M, Abu Tahir Al-Fayruzabadi dalam catatan perjalannya berjudul Al- Qamus Al-Muhit menuturkan bahwa minyak terbaik adalah minyak putih.Sang pengembara itu juga menuturkan bahwa minyak tanah untuk bahan bakar lampu pada masa itu telah dijual bebas, laiknya obat. Abu Tahir juga mengungkapkan bahwa industri minyak sudah berjalan dengan pesat. Begitulah dunia Islam memulai produksi minyaknya di abad ke-7 M. Hingga kini, dunia Islam masih menjadi produsen utama minyak bumi alias bahan bakar fosil.

Sang Penemu Metode Produksi MinyakTerlahir di Rayy, Provinsi Khurasan dekat Teheran tahun 864 M, Al-Razi dikenal sebagai seorang dokter dan ahli kimia yang hebat. Sejatinya, ilmuwan Muslim yang dikenal Barat sebagai Rhazes itu bernama lengkap Abu Bakar Muhammad ibnu Zakariya. Al-Razi muda yang dikenal amat gemar memainkan harpa sudah mulai jatuh hati pada ilmu kimia.Ia menimba ilmu dari Ali ibnu Rabban al-Tabari (808 M) — seorang dokter sekaligus filosof. Sang gurulah yang telah melecut minat Rhazes untuk menekuni dua bidang ilmu yakni kedokteran dan filsafat. Hingga kelak, dia menjadi seorang filosof, dokter dan ahli kimia yang amat populer di zamannya.

Al-Razi merupakan ilmuwan yang sangat produktif. Tak kurang dari 200 buku berhasil dituliskannya. Kitabnya yang paling terkenal dan fenomenal adalah Kitab Al Mansur, Kitab Al Hawi, Kitab Al Asrar atau ‘Kitab Rahasia’. Dalam ìKitab Rahasiaî itulah Al-Razi melahirkan terobosan yang mencengangkan, yakni dua metode untuk memproduksi minyak tanah atau minyak lampu.Metode pertama untuk memroduksi minyak tanah yang ditemukan Al- Razi adalah dengan menggunakan tanah liat sebagai penyerap. Sedangkan, metode kedua menggunakan ammonium khlorida.Penyulingan minyak dengan kedua metode itu dilakukan secara berulang-ulang sampai hasil sulingan benar-benar bersih dan amat digunakan untuk lampu. Minyak tanah bisa digunakan apabila pecahan hidrokarbon sudah menguap.Sejarah juga mencatat bahwa Al- Razilah-lah, Ilmuwan pertama yang mengungkapkan minyak tanah untuk lampu atau naffatah. Minyak tanah temuannya itu digunakan untuk bahan bakar pemanas dan penerangan alias lampu. Kitab Al-Asrar yang ditulisnya telah digunakan industri lampu minyak dari zaman ke zaman.Selain sebagai ahli kimia, Al-Razi banyak memberi kontribusi dalam ilmu kedokteran. Penguasannya yang amat luas dan mendalam dalam kedokteran telah membuat namanya populer baik di Barat maupun di Timur. Tak heran, jika dia dipandang sebagai dokter terbesar abad pertengahan dan seorang dokter Muslim yang tiada bandingnya.Al-Razi sempat memimpin rumah sakit di Rayy, Iran pada usia 30 tahun. Ia juga sempat mengelola dan memimpin rumah sakit di Bagdad.

Buku kedokterannya yang paling terkenal adalah Al-Tibb Al-Mansur yang dipersembahkan kepada Gubernur al-Mansur, al-Hawi. Selain itu, ensiklopedi ilmu kedokteran yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1279 menjadi rujukan sekolah kedokteran di Eropa hingga abad ke-17 M. Ia wafat di tanah kelahirannya pada usia 62 tahun, yaitu pada 25 Oktober 925 M.Minyak untuk Kedokteran di Era KekhalifahanDi era kekhalifahan, minyak tak cuma digunakan sebagai bahan bakar. Seorang dokter terkemuka dari Basra, Irak bernama Masarjawah dalam kitab Qiwa Al-‘Aqaqir menyebutkan ‘minyak putih’ — sebutan minyak tanah dapat digunakan sebagai obat. Itulah pertama kalinya, dunia kedokteran Islam menjadikan minyak tanah sebagai bahan pengobatan.Penemuan itu berawal dari permintaan para jenderal perang Muslim yang meminta Masarjawah membuatkan buku petunjuk bagi para petugas medis yang diterjunkan ke medan perang. Beserta para dokter lainnya, Masarjawah melakukan studi dan pencarian untuk menyusun buku panduan bagi petugas medis saat peperangan. Selain mengadopsi resep herbal dari berbagai negara seperti Mesir, Masarjawah memperkenalkan minyak tanah sebagai salah satu obat.Dalam buku petunjuk yang ditulisnya itu, Masarjawah memperkenalkan bahwa minyak sangat berguna untuk melawan penyakit dan infeksi. Tak heran, bila dari zaman ke zaman para dokter lainnya menerapkan motede penyembuhan minyak tanah yang digunakan Masarjawah.Dalam kitabnya yang kini telah hilang itu Masarjawah berkata, “Minyak hangat, terutama minyak tanah bila diminum dalam dosis kecil sangat bagus untuk meredakan batuk, asma, serta radang sendi.” Begitulah para ilmuwan Islam membuat terobosan demi terobosan dalam ilmu pengetahuan.

Heri Ruslan/yto()

Wednesday, August 13, 2008

Kasih Sayang Allah

Kira-kira satu minggu yang lalu, hasil ujianku keluar. Alhamdulillah aku naik ke tingkat akhir dengan predikat Jayyid Jiddan, hasil yang sungguh di luar dugaan. Pasalnya, predikat itu termasuk predikat langka di kalangan mahasiswa Indonesia di Mesir. Sebenarnya aku tidak menyangka bahwa aku akan naik tingkat, memingat kondisiku saat menempuh ujian dulu.

Aku mengikuti ujian termin pertama di musim dingin dengan perut besar, saat itu usia kandungaku menginjak sembilan bulan. Aku terus berdoa agar proses melahirkan terjadi pasca ujian, dan alhamdulillah Allah mengabulkan doaku. Putra pertamaku lahir delapan hari setelah ujian selesai di hari yang sama dengan ulang tahunku ke-22. Maka, Fayad adalah kado ulang tahunku ke-22 dari Allah yang Maha Penyayang.

Persalinan dengan operasi caesar tidak menyurutkan semangatku untuk ke kampus. Setelah yakin kondisiku baik, sekitar 30 hari setelah melahirkan aku pergike kampus mencari kabar tentang perkuliahan. Aku meminta bantuan teman-teman jika ada info penting dari duktur selama kuliah tolong aku dihubungi.

Masa ujian pun tiba. Saat itu usia putraku tiga bulan, aku memberinya ASI eksklusiv selama enam bulan. Aku belajar dengan ditemani oleh anak pertamaku yang alhamdulillah sangat pengertian selama ujian, ditambah lagi suamiku yang begitu penyabar selalu membantuku. Tugasku hanya belajar dan menyusui anak kami, selebihnya suamiku yang mengerjakan, sungguh anugerah yang tiada terkira aku mendapat suami sebaik dirinya.

Di hari ujian, dua jam sebelum berangkat aku siapkan ASI untuk anakku dalam botol. Saat ujian aku selalu berdoa agar anakku baik-baik saja di rumah. Aku berusaha belajar semampuku menghadapi ujian itu, namun alhamdulillah Allah Maha Bijaksana dan selalu membantuku menjawab soal-soal ujian.

Usai ujian, aku berlari mengejar waktu, aku takut anakku kelaparan. Di rumah aku beristirahat dengan bermain bersama Fayad. Bagiku menyusui Fayad ketika sedang belajar sama seperti refreshing sejenak melapas rasa lelah dan penat di otak.

Ujian berakhir, aku serahkan semua pada Allah, aku hanya bisa berusaha dan berdoa, selebihnya Allah yang Maha Tahu segalanya yang terbaik bagi hamba-Nya. Aku tidak sebaik teman-teman yang lain, aku hanya bermodakan semangat menempuh pendidikan di sini, aku hanya berdoa semoga Allah membantuku.

Dan alhamdulillah, karena kasih sayang Allah aku bisa lulus ke tingkat empat. Sungguh Allah tak melupakan hamba-Nya. Aku malu jika aku belum bisa sempurna menjalankan ibadahku. Aku malu pada Allah jika masih saja ada kemaksiatan yang aku perbuat. Allah ampuni hambaMu ini yang belum bisa memberikan yang terbaik dalam beribadah kepadaMu, namun bantulah hamba Ya Allah untuk bisa menjadi hambaMu yang solehah. Amin.