Monday, September 25, 2006

Kuliyah Banat Universitas Al-Azhar


Universitas Al-Azhar putri atau yang biasa dipanggil "kuliyatul banat" sekarang mulai ada perubahan. Perubahan ini baru dari segi fisik belum beranjak ke hal-hal yang lebih modern, maksudnya sistem komputerisasi belum tampak geliatnya. Entahlah, apa ini akan terus berlanjut sampai anak cucu kita nanti ataukah disudahi saya tidak tahu . Yang jelas pagi tadi saya kuliyah dan melihat banyak pembangunan di sana-sini.

Kalau saya perhatikan, mahasiswa Indonesia jarang yang berteman erat dengan mahasiswa Mesir. Mereka lebih nyaman berkawan dengan mahasiswi Indonesia. berdialog dan berdiskusi dengan bahasa Indoneisa bahkan dengan bahasa daerahnya. Memang sih...dengan begitu mereka bisa melestarikan bahasa daerahnya yang merupakan bagian dari kebudayan nasional bangsa Indonesia. Tapi kalau mereka terhanyut untuk selalu menggunakan bahasa derahnya atu behasa Indonesia bisa-bisa mereka nanti tidak lancar dalam penggunaan bahasa Arab yang seharusnya kita optimalkan ketika belajar di bumi Arab ini. Padahal kelebihan kita yang belajar di negeri Arab adalah dapat berkomunikasi langsung dengan para pengguna bahasa Arab.

Ketika saya bertanya kepada teman-teman mahasiswi Indonesia yang satu kelas dengan saya, mereka bilang "saya males gaul sama orang Mesir, bahasa mereka ammiyah nggak bisa bahasa fushah terus agak kampungan gitu". Memang sih ada mahasiswa Al-Azhar Mesir yang nggak terbiasa menggunakan bahasa fushah mereka terbiasa menggunakan bahasa ammiyah yang berlaku di daerah mereka, mereka kebanyakan bukan orang kota Kairo, melainkan orang-orang desa yang letaknya sekitar tiga jam kalau ditempuh dengan kereta. Ini adalah pengalaman penulis saat berkunjung ke salah seorang teman kuliyah yang tinggal di daerah "Syarqiyah" sebelah timur Kairo.

Tapi tidak semua loh mahasiswa asli Mesir pada kampungan, buktinnya penulis juga punya banyak teman yang canggih-canggih dan nggak kampungan dan bisa bahasa fushah.

Masalahnya mungkin rasa tidak percaya diri atau takut salah saat berbicara dengan orang-orang Mesir. Padahal PD aja lagi, penulis tidak punya landasan kuat saat dulu belajar bahasa Arab tapi dengan bekal PD, penulis bisa dapat banyak teman-teman baik dengan orang-orang asli Mesir maupun dengan teman-teman lain dari berbagai negara. Ya... meskipun masih banyak yang salah dan teman-teman yang diajak bicara masih sering bertanya "ya'ni eehh...?"